Selasa, September 24, 2013

MUROQOBAH


  مُرَاقَبَة   (KESADARAN  DIRI TERHADAP PENGAWASAN ALLAH)

Allah سبحا نه و تعالى  berfirman:
الَذِى يَرَىكَ حِينَ تَقُومُ , وَتَقَلُّبَكَ فِى االسَّىجِدِينَ
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), Dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud(Asy Syu’araa’ : 218-219)

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ
Dan Dia bersama kamu di manapun kamu berada(Al Hadiid : 4)

إِنَّ الله لَايَخْفَى عَلَيهِ شَئٌ فِى الأَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاءِ
Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.    (Ali ‘Imraan: 5)

إِنَّ رَبّكَ لَبِالمِرْصَادِ

Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Al Fajr : 14)

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَاتَخْفِى الصُّدُورُ
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.          
(Ghaafir/ Al Mu’min : 19)

Mufradat
  •  مُرَاقَبَة (muraqabah) : mendekatkan diri kepada Allah, kesadaran diri bahwa setiap saat selalu diawasi oleh Allahسبحا نه و تعالى.
  • خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ (pandangan mata yang khianat) : pandangan yang dilarang, seperti memandang kepada wanita yang bukan muhrimnya
Tafsir
 Muraqabah adalah salah satu di antara dua tahap ihsan (membaguskan ibadah). Pengertian ihsan adalah: “seorang hamba beribadah kepada Allah seolah-olah hamba itu berhadapan langsung dan melihat Allah, atau sekiranya tidak demikian hamba itu yakin Allah menyaksikannya”. Tahap ihsan yang pertama dan tertinggi adalah keyakinan hamba bahwa dia berhadapan langsung dan melihat Allah. Sedangkan tahap kedua adalah muraqabah, yakni kesadaran seorang hamba bahwa Allah selalu mengawasi gerak-geriknya setiap saat.
Ihsan merupakan tanda kesempurnaan iman. Dengan ihsan, seorang mukmin merasa bertanggung jawab untuk mencapai kesempurnaan ibadah.
Imam Ibnu Athoillah menyatakan:
أَفْضَلُ إيْـمَان الْمَرْءِ أنْ يَعْلَمَ أَنَّ اللهَ مَعَهُ حَيْثُ كَانَ
Iman seseorang yang paling utama adalah pengetahuan bahwa Allah menyertainya di manapun dia berada
Apakah arti penting muraqabah? Kesadaran bahwa Allah senantiasa dekat dengan hamba, mengawasi gerak-gerik hamba, Allah senantiasa terjaga tidak pernah tidur, tidak pernah lengah, tidak ada yang luput dari perhatian-Nya .... sudah tentu kesadaran ini akan sangat mempengaruhi perilaku seorang hamba. Allah yang memberi hidup, memberi rezeki, memberi kenikmatan, bahkan seluruh segi kehidupan hamba semuanya adalah kepunyaan Allah semata, hanya karena kemurahan-Nya seorang hamba menikmati semua itu.
Gambaran yang mudah dipahami adalah sebagai berikut: Seseorang, sebutlah A, pada suatu ketika nyaris tertabrak mobil. Ia selamat karena kebetulan ada orang lain, sebutlah B, yang spontan menariknya ke tempat aman sehingga A luput dari tabrakan. Setelah peristiwa itu A dan B menjadi dekat. A selalu teringat pada budi baik B walaupun B menganggap apa yang dilakukannya hal yang wajar dan sudah seharusnya. Bagaimana sikap A saat bertemu B? Lumrahnya A akan bersikap baik dan hormat kepada B. Penuh sopan santun dan ingin menunjukkan hal yang baik kepada B. Sungguh di luar kewajaran jika A mengacuhkan B, bersikap sombong, mencela dan kurang ajar kepada B.
Gambaran tadi adalah gambaran seseorang yang tidak melupakan budi baik orang lain, walaupun budi baik itu hanya dilakukan satu kali. Dan orang yang berbuat baik kepadanya hanya sesekali saja bertemu muka dengannya.
Bagaimana sikap kita terhadap Allah?  Sudah seharusnya kita berterimakasih, bersyukur kepada Allah melebihi rasa terima kasih kepada siapapun. Allah yang melimpahi kita semua kenikmatan sepanjang usia kita, kenikmatan yang tidak akan sanggup kita menghitungnya walaupun hanya sehari dari umur kita saja yang kita hitung. Jantung yang berdetak lebih dari seratus ribu kali sehari semalam, kesehatan yang tidak kita sadari ketinggian nilainya, mata yang melihat, otak yang dapat mengandung trilyunan jalur saraf... Allah yang setiap saat bersama kita, lebih dekat dengan urat leher kita sendiri. Patutkah kita mengabaikan Allah, berpaling, melakukan ma’shiat seakan-akan Allah tidak mengetahuinya?
Bukankah Allah selalu mengawasi kita, setiap saat ?
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), Dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud(Asy Syu’araa’ : 218-219)
Imam Wasithi menyatakan bahwa ayat ini merupakan isyarat bahwa sholat, dzikir, berdo’a mendekatkan diri kepada Allah merupakan sarana utama untuk mendapatkan keridhoan, pertolongan dan inayah Allah.
Sholat kita adalah saat paling indah, saat kita berdialog langsung kepada Allah. Kita, hamba yang teramat kecil, mendapat kemuliaan berupa kesempatan untuk menghadap-Nya, dan Dia senantiasa senang terhadap hamba yang menghadapkan diri kepada-Nya. Allah mendengarkan do’a kita, memperhatikan seluruh gerak-gerik kita dengan perhatian penuh, bagaimana kita berdiri, ruku’, sujud. Gerak-gerik yang melambangkan penghambaan kita kepadaNya, berserah diri dan merundukkan diri.
Bukankah Allah selalu mengawasi kita, setiap saat ?
Dan Dia bersama kamu di manapun kamu berada(Al Hadiid : 4)
Ayat di atas mengandung isyarat, sungguh tidak pantas orang yang memiliki hati, untuk melakukan hal yang bertentangan dengan keridhoan Allah.
Saat kita merasa sendiri, merasa takut, ketahuilah ada Allah yang menemani. Di tempat yang sunyi, di keramaian, di manapun juga. Saat kita hendak melakukan perbuatan baik, ketahuilah Allah menyaksikannya dan tertulis dalam catatan amal kita. Saat kita hendak berbuat buruk, tidakkah nurani kita berbisik: Allah melihat kita? Kita tidak dapat luput dari pengawasan-Nya.
Bukankah Allah selalu mengawasi kita, setiap saat?
Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. (Ali ‘Imraan: 5)
Apakah kita dapat lari dari pengawasan-Nya? Ke mana kita hendak bersembunyi dari penglihatan-Nya? Sedangkan alam semesta yang begini luas, bumi dan langit, semua adalah ciptaan-Nya. Tidak ada rahasia, tidak ada sudut-sudut tersembunyi, di kedalaman lautan atau di ketinggian langit, melainkan Allah mengetahui hingga sekecil-kecilnya. Tiada seekor semut hitam merayap di kegelapan malam pekat, melainkan Allah melihatnya juga. Jangankan seorang manusia, makhluk yang paling mulia di antara makhluk yang lain. Tentu Allah mengawasi manusia lebih dari pengawasan-Nya kepada selain manusia.
Bukankah Allah selalu mengawasi kita, setiap saat?
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Al Fajr : 14)
Pengawasan Allah tidak ada bandingan-Nya. Kewaspadaan-Nya tidak pernah lengah. Ketelitian-Nya tidak pernah meleset. Keadilan-Nya tidak pernah bengkok. Semua amal tercatat, amal baik maupun buruk, walau hanya sebesar biji zarrah, atom, elektron atau yang lebih kecil lagi. Tidak ada yang diabaikan-Nya. Tidak ada yang dilalaikan-Nya. Umpatan kasar, ucapan santun, atau bisikan hati. Do’a yang panjang atau sebutir air mata dari do’a tak terucap.
Bukankah Allah selalu mengawasi kita, setiap saat?
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.          (Ghaafir: 19)
Ayat di atas merupakan isyarat bahwa Allah mengetahui dosa-dosa yang sangat kecil, bahkan yang disimpan di dalam hati.
Bukan hanya sepak terjang tubuh kita yang diawasi-Nya. Gerakan tangan, langkah kaki, bahasa tubuh. Tetapi juga perbuatan panca indera. Apa yang didengar telinga, yang dilihat mata, yang diucapkan mulut. Berapa banyak dosa yang diakibatkan oleh kerlingan mata yang khianat? Mata yang melihat hal batil seringkali menjadi sumber terjerumusnya manusia ke dosa yang lebih besar. Indera mata, anugerah Allah yang sering disalahgunakan.
Juga bisikan hati. Apakah kita mengira hanya kita seorang yang mengetahui bisikan hati kita? Tidak ada rahasia hati, selain Allah mengetahuinya. Dan Allah mengetahui rahasia hati kita melebihi kemampuan kita menyimpannya. Karena hati kita ada dalam genggaman-Nya. Kebahagiaan, kebanggaan, ketulusan, cinta, kejujuran, duka-lara, kekecewaan, kemarahan, dendam kesumat, iri hati, kemunafikan.... . Jika kita sedang marah, berserah dirilah kepada Allah karena Allah berkuasa menghapus kemarahan menjadi kesabaran. Jika kita sedang berduka, menangislah kepada Allah karena Allah berkuasa menghadirkan ketenangan di dalam hati. Allah yang mampu membolak-balik hati dalam sekejap. Dari benci menjadi cinta. Dari angkara murka kekufuran seorang Umar bin Khattab menjadi kelembutan iman Islam.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوب ... ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِيْنِكَ
Duhai Zat Yang berkuasa membolak-balik hati, teguhkanlah hatiku pada kelurusan agama-Mu...

Jumat, Juli 26, 2013

Ujian keimanan

"Do the people think that they will be left to say,"We believe" and they will not be tried?" Q.S. Al-Ankabut [29] : 2

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu 'alaikum. 

No doubt, tiap-tiap orang yang beriman pasti diuji.
Tergantung pilihan kita dalam menyikapi ujian tersebut. 
Memilih untuk tetap terpuruk, atau bertahan kemudian bangkit.

Jika sekadar diejek saja sudah ketar ketir, bagaimana dengan ujian yang lain?
Yang lebih berat?
Sanggupkah kita tetap bersabar dan bangkit?
Maha Suci Allah, karena Allah telah menciptakan segala sesuatu di dunia ini berpasang-pasangan, dan setiap penyakit pasti ada penawarnya. 
Allah bersabda, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu......." Q.S. Al-Baqarah [2] : 45. 
Allah juga menyebutkan dalam Q.S. Al-Isra' [17] : 82, "Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman,......"

Sahabat, jika engkau diuji, janganlah larut dalam kesedihan, karena Allah telah memberikan petunjuk yang lengkap dalam Al-Qur'an. Bersabarlah, shalatlah, berdo'alah, bertawakkal hanya pada-Nya. "Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". Q.S. At-Taubah [9] : 125.

Yakinlah bahwasannya Allah akan memberikan jalan keluar. Jadilah seperti batu karang yang tak gentar diterjang ombak. Jadikanlah ujian sebagai sarana meng-upgrade keimanan kita.
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." Q.S. At-Talaq [65] : 2.

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang -orang yang sabar."  Q.S. Al-Baqarah [2] : 153

Wassalamu'alaikum :')

Jumat, Juli 19, 2013

Surat dari Ikhwan


Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu 'alaikum.

Ukhti… 
Besarnya kerudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho Rabbmu, mungkinkah besarnya kerudungmu hanya di gunakan sebagai fashion atau gaya jaman sekarang ? Atau mungkin kerudung besarmu hanya di jadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang diidamkan, bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya akan di jadikan sebagai identitasmu saja, supaya bisa mendapat gelar akhwat dan di kagumi oleh banyak ikhwan. 

Ukhti…
Tertutupnya tubuhmu tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu, keluargamu bahkan diri antum sendiri, coba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi?? Bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa di sadari melalui ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manis mu..  

Ukhti…
Lembutnya suaramu mungkin selembut sutra bahkan lebih dari pada itu, tapi akankah kelembutan suara antum sama dengan lembutnya kasihmu pada saudaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu?? 

Ukhti…
Lembutnya parasmu tak menjamin selembut hatimu, akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak Palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekalipun dengan tetes darah terakhir.. Akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain. 

Ukhti…
Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan shalat malammu, mungkinkah malam-malammu di lewati dengan rasa rindu menuju Rabbmu dengan bangun di tengah malam dan ditemani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujud mu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan, atau sebaliknya, malammu selalu di selimuti dengan tebalnya selimut setan dan dininabobokkan dengan mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan bangun shalat subuh.  

Ukhti…
Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antum dapatkan, ataukah antum tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat 

Ukhti…
Cantiknya wajahmu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri antum sendiri, pernahkah antum menyadari bahwa kecantikan yang antum punya hanya titipan ketika muda, apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan antum masih terlihat cantik, jangan-jangan kecantikanmu hanya di jadikan perangkap jahat supaya bisa menaklukan hati ikhwan dengan senyuman-senyuman busukmu.. 

Ukhti…
Tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukan musuh-musuhmu, terlalu banyak musuh yang akan antum hadapi mulai dari musuh-musuh islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu.. 

Ukhti…
Tajamnya tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama dengan tajamnya kepekaan dirimu terhadap warga sesamamumu yang tertindas di palestina, pernahkah antum menangis ketika mujahid-mujahidah kecil tertembak mati, atau dengan cuek bebek membiarkan begitu saja, pernahkah antum merasakan bagaimana rasanya berjihad yang dilakukan oleh para mujahidah-mujahidah teladan.. 

Ukhti…
Lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat. Coba antum perhatikan dunia sekelilingmu masih banyak teman, saudara bahkan keluarga antum sendiri belum merasakan manisnya islam dan iman mereka belum merasakan apa yang antum rasakan, bisa jadi salah satu dari keluargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan berprilaku binatang yang tak karuan. Sanggupkah antum menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang kamu rasakan yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemuliaan Islam?? 

Ukhti…
Tebalnya kerudungmu tidak menjamin setebal imanmu pada sang Khaliqm.. Antum adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan belakang atas bawah semua setan mengintaimu, imanmu dalam bahaya, hatimu dalam ancaman, tidak akan lama lagi imanmu akan terobrak abrik oleh tipuan setan jika imanmu tidak betul-betul dijaga olehmu, banyak cara yang harus antum lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya di lakukan sejak dari sekarang, kapan lagi coba….  

Ukhti…
Putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan keluargamu sendiri, masihkah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya dan sombong, pernahkah antum membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah diraih dan merasa diri paling wah, merasa diri paling aktif, bahkan merasa diri paling cerdas diatas rata-rata akhwat yang lain, sesombong itukah hatimu, lalu di manakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu  

Ukhti…
Rajinnya ngajimu tidak menjamin serajin infaqmu ke mesjid atau mushola.. Sadarkah antum kalo kotak-kotak nongkrong di masjid masih terliat kosong dan mengkhawatirka. Tidakkah antum memikirkan infaq sedikit saja, bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang antum masukan, maukah antum di beri rizki sepelit itu.  

Ukhti…
Rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunnah senin kamis yang antum laksanakan, kejujuran hati tidak bisa di bohongi, kadang semangat fisik begitu bergelora untuk di laksankan tapi, semangat ruhani tanpa di sadari turun drastis, puasa yaumul bidh pun terlupakan apalagi puasa senin kamis yang dirasakan terlalu sering dalam seminggu, separah itukah hati antum, makanan fisik yang antum pikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan, kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi. 

Ukhti…
Manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu, kadang sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang antum lewati, sikap ramahmu pada orang yang antum temui sangat jarang terlihat, bahkan selalu dan selalu terlihat cuek dan menyebalkan, kalau itu kenyataannya bagaiamana orang lain akan simpati terhadap komunitas dakwah yang memerlukan banyak kader, ingat!!! Dakwah tidak memerlukan antum tapi… antumlah yang memerlukan dakwah, kita semua memerlukan dakwah  

Ukhti…
Rajinnya shalat malammu (tidak menjamin) keistiqomahan seperti Rosulullah sebagai panutanmu.. 

Ukhti…
Ramahnya sikapmu tidak menjamin seramah sikapmu terhadap sang Kholiqmu, Masihkah antum senang bermanjaan dengan Rabbmu dengan shalat dhuhamu, shalat malammu?? 

Ukhti…
Dirimu bagaikan kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi. Akankah nama harummu di sia-siakan begitu saja dan atau sanggupkah antum ketika sang mujahid akan segara menghampirimu 

Ukhti…
Masih ingatkah antum terhadap pepatah yang masih terngiang sampai saat ini bahwa akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik. Jadi siap-siaplah sang syuhada akan menjemputmu di pelaminan hijaumu..  

Ukhti…
Baik buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan akan sukses masuk dalam surga Rabbmu. Maka tidak usah berbangga diri dengan parasmu yang molek, tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa dan terbukti dalam hidup sehari-harimu  

Ukhti…
Muhasabah yang antum lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan dan kebusukan kelakuan antum yang dilakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu. Sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus di lakukan sebelum tidur, antum tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah sampai kapan akhlaq busukmu di lupakan, kenapa muhasabah tidak dijadikan sebagai moment untuk perbaikan diri bukankah akhwat yang baik hanya akan mendapatkan ikhwan yang baik.  

Ukhti…
Pernahkah antum bercita-cita ingin mendapatkan suami ikhwan yang ideal, wajah yang manis, badan yang kekar, dengan langkah tegap dan pasti. Bukankah apa yang antum pikirkan sama dengan yang ikhwan pikirkan yaitu ingin mencari istri yang solehah dan seorang mujahidah?? Kenapa tidak dari sekarang antum mempersiapkan diri menjadi seorangan mujahidah yang solehah??  

Ukhti…
Apakah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan hinggap dalam diri antum, seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton TV yang tidak karuan dan hanya kan mengeraskan hati Sampai lupa waktu, lupa bantu orang tua, kapan akan menjadi anak yang birrul walidain, kalau memang itu terjadi jadi sampai kapan, Mulai kapan antum akan mendapat gelar mujahidah atau akhwat solehah?? 

Ukhti…
Apakah pandanganmu sudah terpelihara, atau pura-pura nunduk ketika melihat seorang ikhwan dan terlepas dari itu matamu kembali jelalatan layaknya mata harimau mencari mangsa, atau tundukan pandangannmu hanya menjadi alasan belaka karena merasa berkerudung besar??  

Ukhti…
Hatimu di jendela dunia, dirimu menjadi pusat perhatian semua orang, sanggupkah antum menjaga izzah yang antum punya, atau sebaliknya antum bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan merusak citra akhwat yang lain, kadang orang lain akan mempunyai persepsi disamaratakan antara akhwat yang satu dengan akhwat yang lain, jadi kalo antum sendiri membuat kebobrokan akhlaq maka akan merusak citra akhwat yang lain.
Ukhti… 
Dirimu menjadi dambaan semua orang, karena yakinlah preman sekalipun, bahkan brandal sekalipun tidak menginginkan istri yang akhlaknya bobrok tapi semua orang menginginkan istri yang solehah, Siapkah antum sekarang menjadi istri solehah yang selalu didamba-dambakan oleh semua orang..


#NtMS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...